Kamulah Takdirku
S
|
ore itu Nayra sedang duduk
di dermaga tua itu. Tempat kenangan yang tak mungkin dilupakannya. Kotak
kecilnya masih tersimpan rapi di sebelahnya. Sama seperti enam tahun lalu.
Kotak itu menyimpan banyak cerita tentang cinta pertamanya ketika ia duduk di
kelas satu SMA. Dia membuka kotak itu dan membaca surat-suratnya satu persatu,
dan tiba-tiba kenangan enam tahun itu kembali mengusiknya.
***
Enam tahun lalu ...
Nayra
berderap mendekati salah satu pohon yang berjajaran, memperhatikan pria yang
duduk termenung di ujung dermaga. Di sebelahnya berdiri pohon Akasia yang
rimbun. Siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa dia selalu di situ? Sepertinya
dia sedih, tapi kenapa? Batinnya cemas. Sudah beberapa kali ini dia melihat
pria itu dan sepertinya mulai hari ini dia menyukai pria itu.
Nayra
berderap menjauh ketika menyadari pria tadi beranjak dari tempatnya duduk.
Setelah memastikan kepergiannya, Nayra segera menulis sesuatu di kertas coklat
muda yang sudah usang yang biasa ia bawa, setelah itu memasukkan kertas itu ke
dalam kotak kecil yang baru dibelinya tadi. Dia menaruhnya di bawah pohon
akasia, setelah itu membiarkannya di sana.
Pagi
ini Nayra cepat-cepat pergi ke sekolah. Dia ingin segera menceritakan kejadian
kemarin sore kepada Abel, teman sebangkunya.
“Bel,
kamu tau nggak? Aku lagi seneng banget.” Ceritanya ketika sudah duduk di
sebelah Abel.
“Kenapa?”
Tanya Abel acuh tak acuh.
“Kemarin
aku lihat cowok itu lagi, dan lebih senengnya aku berhasil nulis surat buat
dia.” Nayra bercerita pada teman tomboynya itu dengan sangat antusias.
“Lo tuh
ya, gila banget tau nggak! Itu artinya lo cemen Ra. Harusnya lo deketin dia
langsung.” Tanggap Abel seraya mengabaikan ipad di tangannya.
“Abel
sayang, kamu ngertilah, aku cewek, nggak mungkin kalau aku memulai. Mau ditaruh
di mana harkat dan martabat wanita?” Sahut Nayra sedikit lebay.
“Ya
udahlah, up to you aja.” Abel kembali memainkan ipadnya.
Sore
ini Raya berkunjung ke tempat favoritnya, Danau kecil di kompleks dekat rumah
Nayra. Seperti biasa, ia hanya merenung dan melamun. Ya, hanya itu, tapi dia
sangat menikmati suasana alam hijau yang indah itu. Baginya tempat itu adalah
rumah keduanya. Dengan merenung di situ semua masalah seperti terangkat. Ada
yang aneh di tempat itu. “Kotak kecil apa nih?” begitu katanya dalam
hati. Raya membuka kotak itu dan mendapati kertas di dalamnya. Tanpa bertanya
lagi dia membuka kertas itu.
Hay, aku tau hari ini kamu pasti datang ke sini
Makanya aku nulis surat buat kamu
Jangan sering melamun, aku khawatir ngeliatnya
Ada masalah? Saya siap membantu
Salam kenal dariku
-N
Mau tak
mau Raya tersenyum karena surat itu, dia sedikit senang karena ada yang masih
memperhatikannya. Bisa dibilang ‘SECRET ADMIRER’. Raya kembali tersenyum, ia
mengambil kertas dari salah satu bukunya, dan membalas surat rahasia itu.
Sejak kapan kamu memperhatikanku? Kenapa tidak pernah
menemaniku di sini? Mungkin aku akan lebih senang, dengan begitu kamu bisa menemani
lamunanku. Kau tahu tempat ini? bagaimana bisa?
Ya, salam kenal juga dariku.
-R
Raya
menaruh kertasnya sama seperti yang dilakukan si pengirim. Tanpa diketahuinya, seseorang memperhatikannya,
tersenyum dan terus memandanginya. Raya beranjak pergi dari tempat duduk
dengan wajah berseri, sepertinya dia bahagia setelah mendapat surat itu.
Setelah
memastikan kepergiannya, Nayra menghampiri kotak itu. Nayra membacanya, dia pun
tersenyum. Tapi tiba-tiba matanya membelalak R? Siapa? Tanyanya dalam
hati. Tapi Nayra mengacuhkan inisial itu, dan dia kembali membalas surat dari
cowok tadi. Kamu baik ya? Aku jadi lebih suka. Batinnya, sambil
tersenyum.
***
“Hay,
Ray!” Ucap Abel ketika lewat di sekitar lapangan sepak bola yang jarang
dipakai.
“Eh,
hay! Tumben lo ke sini? Ada apa?” Tanya Raya setelah Abel memutuskan duduk di
sebelahnya. Mereka berjarak dua tahun, tapi keduanya seperti bersahabat dekat.
“Lewat
aja sih, lo masih sama ya? Masih suka sendiri! Ke mana si Olive?” Tanya Abel
kemudian.
“Ha ha
ha ... Masih sama, temen, kayak gue sama lo.” Jawab Raya setengah tertawa.
“Kenapa
nggak jadian aja sih? Cocok banget loh kalian.” Komentar Abel entah yang
keberapa.
“Gue
lebih suka sendiri, bebas!” Mata Raya menerawang. “Lagian gue baru punya secret
admirer, seru kan tuh?” Lanjut Raya yang kali ini benar-benar tersenyum,
aura tampannya benar-benar terpancar.
“Hah secret
admirer? Masih ada?” Tanya Abel sambil menahan tawa.
“Nyatanya
ada, dari Danau itu. Gue nemuin dia di Danau itu”.
Deg!
Abel terkejut mendengar penjelasan Raya. Abel mengingat sesuatu. Nayra,
ucapnya mantap. Ia pernah mendengar cerita tentang cowok di Danau kecil itu.
“Woy!
Kok bengong sih.” Raya mengagetkan Abel.
“Ng...
nggak apa-apa kok. Ya udah gue ke kelas dulu ya. Salam buat Olive, bye.” Kata
Abel kemudian berderap menjauhi lapangan.
Abel
mencari-cari Nayra. Di kelas nggak ada, nggak biasanya dia ngilang tiba-tiba
kayak gini. Ke mana ya? Tanyanya dalam hati.
“Hap!”
Seperti sihir, tiba-tiba Nayra datang dari belakangnya dan mengagetkan Abel.
“Sumpah,
gila apa sih lo? Tiba-tiba datang dan ngagetin gue? Aa... dari mana aja sih?”
Abel sedikit marah.
“He he
he ... sorry deh, biasa iseng, dari Perpus. Ngapain nyari-nyari aku?” Tanya
Nayra kemudian.
“Dunia
yang sempit apa Indonesia yang sempit ya Nay?”
Nayra
bingung dengan ucapan Abel barusan. “Maksudnya?” Tanya Nayra menunjukkan rasa
penasarannya.
“Cowok
yang lo maksud itu Raya Nay! Temen gue.” Jelas Abel antusias.
Nayra
terkejut, ia belum pernah bertemu langsung dengan Raya, dia hanya sempat
mendengar namanya. Nayra benar-benar belum bisa mempercayai hal ini.
Surat
terakhirnya sudah tidak ada lagi dan tidak ada balasan. Apa kak Raya sudah
mengetahuiku? Tanya Nayra dalam hati.
Sore
ini Nayra menjaga kotak kecilnya, seperti tidak ingin terjadi apa-apa pada
kotak kecilnya. Lamat-lamat ia mendengar langkah kaki seseorang. Tiba-tiba
jantungnya berdetak dua kali lipt lebih cepat dari biasanya.
“Tumben
lo nunjukin wujud asli lo.”
Suara
yang diduganya benar. Itu suara Raya, orang yang dikaguminya.
“Kenalin, gue Raya. Lo Nayra kan?” Tanyanya
kemudian. Nayra membalasnya dengan anggukan.
“Tujuan
lo apa sih ngasih kayak gitu ke gue?” Kali ini Raya bertanya to the point.
Nayra bingung mau menjawab apa.
“Jawab.”
Pinta Raya seperti memaksa.
“Karena
a... aku kagum sama kakak!” Nayra menarik nafas panjang. “Aku ngerasa kakak
butuh hiburan, dan ternyata benar. Kakak seneng pas nerima surat dari aku.
Sampai hari ini kak, dua minggu berlalu kita saling menukar cerita tanpa tau
bagaimana ekspresi muka masing-masing. Dan aku seneng bisa lihat kakak senyum.”
Jelas Nayra panjang lebar.
“Lo
nggak suka kan sama gue?” Kali ini pertanyaan Raya terdengar seperti pertanyaan
bagi Nayra.
“Nggak
tau.” Nayra menjawab sekenanya. Ya, dia memang tidak tahu bagaimana perasaannya
pada Raya. Seingatnya dia baru merasakannya sekarang.
“Gue
pengin lo nggak ganggu gue lagi. Gue udah punya pacar. Nih surat buat lo, secret
admirer gue pertama kali.” Kata Raya sebelum benar-benar pergi dari Nayra.
Sepeninggal Raya, Nayra menangis sesenggukan. Dibacanya surat itu.
Lo ternyata! Apa sih mau lo? Ngomong tinggal ngomong aja
susah banget sih! Gue nggak suka kayak gini. Tapi demi lo, gue berusaha buat
suka. Udah, nggak usah nangis lagi. Kemarin gue liat lo nangis pas lagi sama
Abel. Nggak usah dipikirin. Biasa aja. anggap aja lo nggak pernah ngelakuin hal
itu.
Salam
-R
Maaf kak, aku salah. Seharusnya aku tidak menyukaimu.
Tapi ini masalah hati, kak. Nggak bisa diminta dan dipaksa. Rasa ini hadir
begitu saja. Kalo emang mau kakak seperti itu, aku terima kak. Sekali lagi aku
minta maaf karena sudah hadir dalam hidupmu.
-N
Nayra
meletakkan surat itu dalam kotak tadi, berharap suatu hari nanti Raya bisa
membacanya.
***
Keduanya
tidak saling menyapa sampai perpisahan tiba. Pada saat yang sama, surat-surat
itu tak lagi ada, dan Nayrapun belum pernah mengunjunginya. Sepeninggal Raya,
Nayra menjadi pendiam. Sesekali bertemu di sekolah, keduanya saling diam,
seperti tidak mengenal. Abel khawatir dengan keadaan sabatnya ini.
“Ra, gue mau ngomong.” Ucapnya memberanikan diri.
Nayra mengangguk.
“Lo
nggak usah mikirin Raya lagi dong, lagian percuma Ra, dia udah pergi.”
Nayra
terkejut dengan perkataan Abel. “Maksud kamu?” Nayra bertanya terbata-bata.
“Dia
udah pergi ke London. Dia kuliah di sana.” Jawab Abel menjelaskan.
Seketika
butiran bening dari mata Nayra meluruh begitu saja. “Aku cinta kak Raya Bel.”
Ucapnya di tengah isak tangisnya.
Nayra
kembali mengunjungi Danau kecil itu. Tiba-tiba ia menemukan kertas putih yang
biasa dipakai Raya untuk menulis surat-suratnya.
Gue pamit Nay, jaga diri lo baik-baik. Lo tetep secret
admirer gue yang paling pengertian.
Kangen lo selalu,
-R
Mungkin gue nggak akan balik. Jadi kasih cinta lo ke
orang lain. Gue mau nikah sama Olive di London.
Always be happy, Honey
-R
Nayra
menangis membaca dua surat itu. Tapi dia berjanji akan tetap menanti kehadiran
Raya.
vvv
Ini
tahun kelima Raya meninggalkan tanah air tercintanya. Nayrapun masih mencintai
dermaga tua itu. Mengharap keajaiban turun padanya.
“Masih
suka duduk di sini rupanya.” Nayra mendengar suara itu. Sepertinya dia tahu,
tapi ditepisnya paling cuma halusinasi belaka, begitu pikirnya.
“Raya
pulang Nayra. Kamu nggak pengen meluk dia? Nggak kangen?” kata suara itu lagi.
Nayra sadar ini nyata.
“Raya!”
Pekiknya pelan.
“Ya,
aku pulang.” Ucap Raya sambil membantu Nayra berdiri. Nayra tidak percaya
dengan apa yang dilihatnya.
“Kamu
sudah punya pacar? Tanya Raya to the point.
“Aku
masih menunggumu.” Jawab Nayra lirih. “Tapi, selamat! Kamu pasti sudah menikah.
Mana istrimu? Kok nggak di...”
“Kamu
calon istriku.”
Nayra
terkejut mendengar pengakuan itu.
“Satu
bulan setelah di London, Olive entah ke mana. mungkin ketemu sama bule sana.
Dan aku pengin cepat pulang. Entah! Tiba-tiba kepikiran kamu. mimpi ada kamu, bahkan
dosen perempuanku pun kuanggap kamu. Dan aku sadar bahwa aku mencintaimu.” Kaya
Raya menjelaskan. Nayra terharu, cintanya tidak hancur dan sia-sia.
“Nayra.”
Raya mengeluarkan sesuatu dari saku jeansnya.
“Will
you marry me?” Tanya Raya yang membuat Nayra menutup mulutnya. Dia
bahagia, sangat bahagia, sampai tidak bisa berkata apapun.
“Nggak
usah jawab. Aku sudah tahu jawabannya.” Lanjut Raya setelah memasangkan cincin
di jari manis Nayra. Raya memeluk Nayra penuh sayang dan Nayra menangis di
pelukannya.
“Kenapa
nangis? Kan aku udah di sini bareng kamu, dan selamanya akan sama kamu.” Ucap
Raya.
“Aku
bahagia Ray.” Jawabnya pendek.
“Tuhan
mempertemukan kita dengan cara yang unik, dari dulu sampai sekarang. Sepertinya
ini adalah hal yang paling romantis sedunia. Kamu takdirku Nay! Tuhan nyiptain
kamu khusus buat aku.” Kata Raya panjang lebar. Raya mencium kening Nayra.
“Aku
sayang kamu Raya Fallerino.” Bisik Naytra sangat lirih.
“Aku
juga menyayangimu Nayra.” Raya kembali mengecup kening Nayra Afrelina.
***
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar